Durélan Petradwiya

batu-batu kecil bercahaya dari keseharian

Navigasi Hidup Berdasarkan Pengalaman Perasaan dan Pikiran

Di lingkungan yang mendikte bahwa perasaan mesti dikesampingkan, mendengarkan ke dalam dan mengenali maksud perasaan adalah sesuatu yang asing. Perasaan dianggap mengganggu dan tidak menguntungkan untuk kehidupan, mungkin ini konteksnya dalam keamanan ekonomi dan “kesejahteraan”. Pengalaman perasaan menjadi jauh dari sumber daya kolektif budaya, sehingga perawatan dan pengalirannya tidak dikenali dengan baik.

Pernah kah terpikirkan bahwa perasaan dan pikiran yang muncul bisa disadari dan dikenali sebagai navigasi dalam hidup?

Di tataran yang dasar, seseorang bisa saja terjebak dalam perasaan dan pikiran yang berputar. Sehingga alam penyelamatan diri menunjukkan jalan untuk memendam dan mengalihkan itu supaya bisa tetap bekerja dan bertahan hidup. Kemudian di saat kondisi sudah cukup tenang, pemikiran dan perasaan yang terpendam itu akan naik lagi ke permukaan.

Perawatan dasar termasuk mengenali dan mengalirkan emosi. Emosi yang hadir bisa saja dikenali sebelum mengalirkan, kadang dikenali setelah mengalirkan. Ketika terlalu banyak emosi yang tertampung, diri bisa kebingungan tentang emosi apa yang dialami. Emosi yang hadir punya muatan kenangan. Sehingga perlu dicatat bahwa setiap emosi yang hadir terbentuk dari peristiwa dalam hidup.

Pengaliran emosi yang saya maksud adalah dengan cara somatik, yakni mengeluarkan melalui tubuh. Bukan dilampiaskan pada benda atau orang, maupun diceritakan pada orang. Ada gejala yang unik untuk masing-masing jenis emosi. Kamu bisa lihat poster di bawah.

Sumber: Bahan Pelatihan Hidup Tanpa Kekerasan – Rumah Damai Pati

Lakukan pijakan setelah mengalirkan emosi. Teknik-teknik pijakan bisa dengan memperhatikan sekitar. Sebutkan 5 benda yang dilihat, 4 warna yang dilihat, 3 suara yang didengar, sentuh dan sebutkan 2 benda, dan 1 rasa yang dikecap lidah. Selain itu, bisa juga dengan jalan-jalan atau lari di sekitar.

Diri tahu sudah berpijak saat diri berada di sini dan sekarang. Sudah tidak lagi dalam pengalaman dan emosi masa lalu. Pikiran bisa mulai jernih dan melihat pengalaman hidup secara berbeda. Tarikan nafas terasa lebih lega karena stres dari emosi yang terpendam membuat tubuh tegang dan kaku.

Wawasan baru bisa muncul setelah pengaliran emosi. Maka itu adalah waktu yang tepat untuk ambil jurnal dan catat apa yang penting. Jurnal bisa ditulis tangan atau diketik secara digital. Luangkan waktu untuk meminta umpan balik dari teman jika dirasa perlu.

Yang saya bagikan soal pengaliran emosi di awal adalah bekal dasar untuk mulai ke pemahaman perasaan dan pikiran sebagai alat navigasi.

Ada pola-pola perasaan dan pikiran yang dialami sepanjang waktu. Ini bisa ditemukan lewat jurnal. Buka kembali jurnal dan renungkan kembali terkait arahan hidup pribadi. Kita bisa menemukan keterlemparan, pergeseran arah perjalanan hidup bahkan menemukan makna hidup yang baru.

Arahan hidup yang muncul ini perlu diuji sepanjang waktu dengan menanyakan umpan balik dari teman. Kelompok pendamping diperlukan. Oleh karenanya penting untuk bangun sistem dukungan pertemanan yang bisa mendukung hidup yang berkesadaran dan merasakan kekuatan perubahan.

Jadi ternyata, praktik perawatan emosi dan jurnal bisa mengarahkan untuk menemukan tujuan hidup. Saya rangkum langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Mengenali emosi
  2. Mengalirkan emosi
  3. Berpijak
  4. Mencatat wawasan dalam jurnal
  5. Meninjau kembali jurnal
  6. Meminta umpan balik teman
  7. Menentukan arahan hidup
Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai