Durélan Petradwiya

batu-batu kecil bercahaya dari keseharian

Kerja Bagi Orang dengan Disabilitas

Saya jarang bertemu dengan teman disabilitas. Belakangan ini, seorang teman saya membagikan artikel menarik yang ditulis oleh Wiputri (2023). Masalah pertama yang mencuat dalam artikel tersebut adalah…

Kita sering kali menjumpai syarat dalam lowongan kerja yang terkadang bikin mengernyitkan dahi: “Sehat jasmani dan rohani”. Dunia kerja yang belum inklusif menyebabkan orang dengan disabilitas terpaksa membuka usaha sendiri.

Photo by Cliff Booth on Pexels.com

Saya sesekali menyaksikan konten yang dibuat oleh teman yang melakukan pelayanan pada orang disabilitas, kemudian Instagram dinas sosial dan tenaga kerja setempat. Saya lihat ada pelatihan untuk menciptakan sektor kerja wirausaha baru untuk orang dengan disabilitas. Saya sekilas menyimpulkan bahwa memang bagus untuk membuat sarana usaha baru untuk orang dengan disabilitas. Sementara yang saya prihatinkan adalah ternyata orang dengan disabilitas disisihkan di dunia kerja oleh budaya dan sistem yang ableism.

Ada seorang rekan yang berkomentar sekedar bahwa ada 0,3 % kuota disabilitas yang mesti ada di dalam suatu badan usaha. Lalu, saya melihat lagi dari tulisan Wiputri bahwa “Apakah inklusif semata hanya memenuhi kuota orang dengan disabilitas yang diperlukan? Sebenarnya tidak begitu.” Pernah saya melihat satu lowongan kerja yang dibuka oleh dinas pendidikan setempat untuk posisi guru. Dari sekian banyak lowongan kerja untuk orang biasa, hanya ada satu lowongan kerja untuk orang dengan disabilitas. Kuota bisa saja terpenuhi, serta bagaimana dengan akomodasi kebutuhan khusus, inklusivitas, dan penerimaan di tempat kerja?

Inklusif dijelaskan sebagai suatu proses panjang dengan pandangan bahwa tidak ada orang yang terlalu “disabilitas” untuk mengambil bagian. Semua orang bisa berperan dan berkontribusi dengan makna dalam komunitasnya.

Lebih lanjut dalam artikelnya, Wiputri menjelaskan langkah-langkah membentuk dunia kerja yang inklusif. Sebaiknya teman-teman membaca lengkap artikelnya. Saya bagikan tautan tulisan tersebut di bawah.

Saya merenungkan bahwa Indonesia belum aman dan nyaman untuk orang dengan disabilitas. Kebutuhan dasar untuk bekerja saja masih dibatasi, seakan mereka tidak punya hak untuk bekerja. Ditambah kondisi sosial yang membuat populasi semakin kebanyakan dan tidak bisa membendung kebutuhan kerja. Orang-orang terpaksa terlempar untuk bermigrasi. Lalu orang dengan disabilitas di sini dibiarkan begitu saja, dan diminta untuk berpangku pada bantuan pemerintah dari dinas sosial. Urusan sistemik dan budaya ini sebenarnya perhatian bersama. Semoga mata hati kita senantiasa terbuka.

Referensi

Wiputri, F. (2023, Juli 31). Listen Include Respect: Bangun Dunia Kerja Inklusif untuk Disabilitas Intelektual. Konde.Co. https://www.konde.co/2023/08/listen-include-respect-bangun-dunia-kerja-inklusif-untuk-disabilitas-intelektual.html/

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai